Ada fenomena baru pasca pandemi: programmer di Jogja, designer di Bali, tapi gajiannya ‘Dolar’ dari perusahaan Silicon Valley. The dream, right? Talenta digital kita lagi ‘laris manis’ di pasar global, Bro!
Berkat WFH (Work From Home) dan remote working yang makin normal, perusahaan global gak perlu lagi mikir visa. Mereka bisa ‘ngebajak’ talent terbaik kita dengan iming-iming gaji yang gak bisa dilawan startup lokal.
‘Brain Drain’ atau Rezeki Nomplok?
Pertanyaannya: ini ‘Brain Drain’ (kehilangan talenta) atau justru ‘Rezeki Nomplok’? Buat si talent, jelas rezeki. Tapi buat ekosistem startup lokal? Bisa krisis! Susah banget nyari talent bagus yang nggak ‘matok’ harga Dolar.
Ini challenge buat para founder dan HR di RI. Kita nggak bisa lagi ‘nge-gaji’ pas-pasan. Kita harus upgrade standar kita, baik dari segi gaji, benefit, atau kultur kerja, kalau nggak mau talent terbaik kita ‘diambil’ orang terus.
Intisari:
- Tren remote working permanen membuat talenta digital RI bisa bekerja untuk perusahaan global.
- Perusahaan asing ‘membajak’ talenta terbaik RI dengan tawaran gaji standar Dolar.
- Ini jadi ‘Rezeki Nomplok’ bagi talenta, tapi ancaman ‘Brain Drain’ bagi ekosistem startup lokal.
- Perusahaan RI kini dipaksa menaikkan standar gaji dan kultur kerja agar bisa bersaing.
